Special Review: Mencapai Takdir by Fira Nasta #3
Judul : Mencapai Takdir
Penulis : Fira Nasta
Tempat : Jawa Tengah
Penerbit : Hanami
Tahun terbit pertama : 2017
Jumlah halaman : 155 halaman
ISBN : 978-602-6582-31-7
Sinopsis di belakang buku:
"Kapan Menikah?"
Mungkin ini adalah pertanyaan yang paling menyebalkan bagi sebagian orang yang belum menikah dengan usia dan kemapanan mereka yang telah matang. Termasuk Naya.
Siapa saja, mulai dari keluarga hingga kerabat jauh, senang sekali menanyakan ini pada Naya. Apalagi usianya sebentar lagi genap dua puluh sembilan. Ia juga sudah mapan dengan profesinya sebagai perawat dan pemilik butik pakaian muslimah. Hanya satu yang dirasa kurang dari Naya: belum menikah.
***
Apa masalahnya jika aku belum menikah sampai sekarang? Siapa pula yang akan rugi? Aku hanya sedang berusaha menjadi dan mencari yang terbaik. Sesederhana itu.
Lagipula, bukannya aku tidak ingin menikah. Dalam pencarianku, aku menemukan seseorang yang kurasa tepat. Sayangnya, orang tersebut menghilang tiba-tiba. Saat aku kembali bimbang untuk mencari atau menunggu, seseorang dari masa laluku datang kembali. Menawarkan sebuah kepastian. Janji sehidup semati.
Siapakah yang harus kupilih?
Aku beritahu sesuatu atau banyak hal yang istimewa.
Penulisnya, Fira Nasta, adalah orang yang kukenal. But let me tell you about her book first. Andai buku ini ditulis oleh pengarang yang tidak kukenal, ada kemungkinan aku tidak berani mencoba membacanya. Why? Karena dari sinopsis singkatnya saja kita bisa menduga bahwa novel ini lebih ditujukan pada pembaca yang sudah memikirkan atau paling tidak pernah memikirkan tentang pernikahan.
Mungkinn alasan kenapa tema ini yang dipilih adalah karena perlombaan yang diikuti. Kalian harus notice dengan cover depannya yang bertuliskan Juara 3 Lomba Menulis Novel Tema Umur. You did a good job, Fira!
Bagaimana denganku?
Bukannya nggak pernah memikirkan sih. Bahkan obrolan tentang pernikahan muncul sejak kelas 2 SMA saat pertama kali mempelajari tentang pernikahan di mata pelajaran Agama Islam di sekolah. Pembicaraan itu terus dilanjutkan bahkan sampe sampe jadi titik akhir kalau gak lulus PTN (waktu kelas 3, bercanda doang sih).
Tapi kalau ditanya pendapat pribadiku, pernikahan bukan sesuatu yang bisa kita targetkan. Bukan sesuatu yang dapat kita wish list kan segampang wish list pengen makan spaghetti di PJS (hmm). Soalnya kita semua juga tau, urusan jodoh, rezeki dan maut menjadi milik siapa. Meski kita berusaha, jika Allah belum takdirkan ketiganya datang pada kita, ya kita bisa apa? Tapi bukan berarti aku pengin nunda-nunda nikah juga ding. Waduh, kelewat curhat.
I mean, aku tidak tertarik pada cerita pernikahan karna ada banyak novel yang membicarakan pernikahan sebagai suatu target. Dan itu gak sesuai sama pemikiran aku. Karena perbedaan prinsip itu lah aku gak tertarik untuk mencari tau cerita-cerita seperti ini. Tapi dilihat dari cerita yang dapat dibaca di cover belakang, aku berpikir sepertinya cerita ini menarik.
Naya, seorang perawat sekaligus pemilik butik ternama merupakan seorang yang mapan dan cerdas, tapi dia masih dihantui oleh satu pertanyaan, "kapan menikah?"
Yaah, udah biasa lah orang jaman sekarang kepo nya itu mulu. Belum tamat, "kapan tamat?". Udah tamat, "kapan nikah?". Udah nikah, "Kapan punya anak? dan segala macam kapan kapan kapan yang gak ada habisnya.
Nah, bagi Naya pernikahan itu adalah hal yang sederhana. Memantaskan diri dan diri yang pantas akan hadir. Namun bagi keluarganya tidak. Jodoh dikaitkan dengan usia dan proses pendekatan.
Menurutku, sosok Naya disini diceritakan sebagai orang yang sedikit menutup diri karena masalah di masa lalu yang menghantuinya. Naya menganggap bahwa usia adalah sebuah pencapaian. Tapi ia lupa bahwa untuk melengkapi setengah agama dapat diraih dengan cara menikah.
Dalam perjalanan hidupnya itu, ia kembali menemukan seorang sosok yang mulai menarik hatinya. Namun orang tersebut tiba-tiba 'mengundurkan diri' dari hadapan Naya. Tepat di saat Naya menyadari perasaannya. Saat itu pula orang yang pernah hadir di hidupnya kembali dan menawari satu kepastian.
At least, kalian harus baca sendiri gimana perjalanan seorang Naya mencari pasangan hidupnya. Kalian juga bisa menemukan apa yang dapat dilakukan selama dalam masa pencarian tersebut. Apa yang dapat dilakukan ketika tengah dalam pilihan sulit. Apa yang harus dilakukan ketika kamu sedang dilema.
Dan menurutku semuanya worth it. Pemikiran seorang Naya, usaha seorang Naya dan hasilnya. Karena hidup itu gak selalu berjalan sesuai harapan.
Novelnya tipis, hanya 155 halaman. Tapi justru karena setipis itulah, fokus kita pada cerita gak terpecah untuk permasalahan lainnya. Tokoh satu dan yang lainnya sangat menguatkan. Dann dengan sangat jujur aku baper pada klimaks ketika si doi menghilang dan si kawan muncul. Itu momen yang membingungkan serta bikin galau. Aku gak bakalan menceritakan lebih lanjut karena takut jadi spoiler. Sooo kalian harus banget baca novel ini!
Oke tadi sesuai janji aku bakalan sedikit menceritakan tentang si pengarang. Fira sebenarnya gak kenal-kenal banget sama aku. Aku bahkan penasaran darimana dia sebenarnya pertama kali mengenalku. Jadi darimana pula aku mengenal dia?
Ceritanya, Fira pernah satu SMA denganku di SMAN Modal Bangsa Arun. Doi tinggal di Kruengmane, Aceh Utara yang notabene jaraknya jauh untuk pulang pergi sekolah pagi dan sore. Singkat cerita Fira pernah sekelas sama temen-temen akrabku sehingga aku banyak mendengar tentang keahlian Fira (doi pinter banget loh). Sampe akhirnya gak berselang lama, Fira pindah sekolah.
Aku gak ingat waktu itu tahun berapa dan kelas berapa SMA, aku menemukan akun instagram Fira dan memfollownya. Gak berselang lama setelah memfollow Fira, doi memposting buku pertamanya yang berjudul "Karena Tuhan Memilihku" (yep, doi udah nerbitin dua buku!).
Seolah gak cukup membuat aku terkejut, Fira yang lulus dari sebuah SMA di Kruengmane dan bahkan kalo nama sekolahnya disebut juga kita gak tau dimana (dan sekolahnya Fira adalah SMAnya temen sejurusanku sekarang, dunia sempit), Fira lewat SNMPTN di FK UI.
Geger semua orang yang dulu mengenalnya. Karena yaa, sekolahku yang lewat SNMPTN di FK UI tahun lalu cuma 1 orang. Tahun aku malah gak ada yang di FK nya, adanya di teknik perkapalan. So its amazing story.
Aku mulai benar-benar saling chatting sejak aku tertarik untuk membeli novel Fira. Disitulah akhirnya baru bener-bener tukar kontak. Its been nice to know you, Fira. I hope you too. Wkwk
Linknya bakalan kukasih langsung ke penulisnya, so kalau kalian tertarik membaca review ini, silahkan tinggalkan komentar. Dan juga mohon koreksi untuk kesalahan-kesalahan yang ada. Happy reading!
Ini ada kutipan kata-kata yang kusuka dari novel ini,
"Usia memang tentang pencapaian, tapi beda orang beda pula pencapaiannya. Namun aku selalu percaya bahwa setiap orang dalam hidupnya selalu memiliki pencapaian, atau setidaknya, mereka berusaha membuat pencapaian."
"Hidup selalu saja menjadi teka-teki unik untuk dipecahkan. Selesai dari satu segmen, segmen selanjutnya siap menjadi misteri. "
Untuk yang belum pernah baca blog lama, jangan lupa untuk mampir ke website ini www.bellasabnov.blogspot.com . Bhay!
Komentar
Posting Komentar