Penting Untuk Pengguna Medsos

Kali ini aku pengen banget menceritakan kekesalan aku yang udah dipendam pendam bersemester semester lamanya. Dari segala macam berita hoax yang menyebar di medsos aku belajar bahwa untuk jadi pengguna medsos yang bijak itu jangan jadi orang yang sumbunya pendek. Yang karena idolanya dihina lantas langsung emosian. Yang hanya karena gak suka sama seseorang atau sesuatu lantas langsung menghina dan ngeyel setengah mati melawan orang tersebut dan pendukung-pendukungnya. Yang mewajarkan segala hal yang salah sehingga hal-hal yang benar malah terlupakan. Yang memilih untuk membesar-besarkan hal-hal kecil padahal masih bisa segera dibenarkan. Serta masih banyak jenis ‘yang yang yang’ lainnya..
Aku pengguna medsos aktif. Jadi jujur, segala hal yang kubaca di medsos dan bukan cuma akhir-akhir ini, mulai benar-benar membuat aku pusing bin muak.

Puncak dari segala kekesalan ini adalah saat euforia piala dunia 2018 beberapa waktu yang lalu. Emang sih aku bukan pecinta bola, bukan pula yang ikut-ikutan euforia piala dunia. Biasanya aku selalu nonton sama keluargaku di rumah, tapi tahun ini karena gak dapat channel siaran langsungnya jadi gak ada yang nonton di rumah. Dan negara yang kudukung tiap tahun tu biasanya Jerman, tapi berhubung denger-denger udah kalah di awal awal, makin-makin deh aku gak ngikut perkembangan piala dunia tahun ini. Mungkin dari readers sendiri udah sedikit bisa menduga apa toxic comment yang bisa aku bahas berhubung aku bukannya pecinta bola dan semacamnya.

Yep, ini tentang si negara ginseng. Berhubung si teman ini malah ceritanya berhasil mengalahkan Jerman (huhu), so anggap aku di pihak netral. Karna seperti yang kalian tau, aku tu pengikut Korea Selatan. Entah trennya dari serial drama, dunia per skin care-annya, cogannya dan segala macam. Tapi yang perlu digarisbawahi, aku bukan fanatik. Mungkin kalian bisa mengira aku hafal macam-macam lagu korea, padahal itu karena kawan-kawan KPOPers di jurusanku suka banget nyetel lagu kenceng kenceng. Dan kalian semua juga tau jauh lebih gampang menghafal lagu yang diputar berulang-ulang daripada menghafal materi pelajaran yang kalian baca berkali-kali. Mungkin kalian mengira aku addict banget dengan segala macam yang berbau korea entah boyband ataupun girlbandnya padahal pengetahuan aku tentang idola hanya sebatas nama, itu pun hanya member dari boyband atau girlband yang sering muncul di variety show atau drama. Jangan tanya mereka lagi sibuk apa, apa aja album atau lagu baru mereka, apa yang mereka suka, kapan konser terakhir mereka, kapan mereka lahir.. hell, seriously?!
Mungkin kalian mengira aku suka banget sama cowok-cowok Korea, padahal itu hanya sekedar idola aja. Aku alhamdulillah masi waras kok, masih lebih suka ngarapin yang ‘real’ jadi tolong sebelum ngecap aku dengan segala pemikiran yang pendek itu, tolong banget dipikir dulu.

Yang kepingin aku bahas disini masih gak jauh-jauh dengan apa yang pernah aku bahas di blog sebelumnya (baca disini). Rasanya tu aku berapi-api banget dengar atau lihat orang-orang bilang, “Masa kalah sama plastik”, “Plastik”, “Plastik kok didukung” dan blablabla.. Oke, Korea emang terkenal banget sama yang namanya Plastic Surgery. Tapi latar belakang adanya si doi ini juga karena kalian kalian, yang demeeeen banget body shaming. Yang ‘berkiblat’ pada standar kecantikan sehingga yang gak sesuai standar langsung aja dihina-hina. Jadi meskipun rasanya rada emosi baca komentar komentar itu, aku berusaha memeras isi otak yang tak seberapa ini biar bisa lebih kritis lagi. Akhirnya kuputuskan untuk ngomel disini dan gak balas emosian di kolom komen itu.
Hal berikutnya yang pengen aku jelasin adalah, banyak banget idol korea yang cantik dan ganteng alami udah dari sononya. Banyak banget. Muka mereka yang kamu lihat punya jaman jaman old cuma belum kena make up aja dulunya makanya muka mereka bisa 11 12 sama keadaan muka kita yang pure. Aku tau ini karena ngikutin banget produce 101, dimana aku ngelihat muka mereka bisa berubah drastis kalo pake make up. Dan fyi again, aku gak peduli kalo pun sebelum itu ada yang operasi duluan. Because mereka operasi gak pake duit aku, gak merugikan aku, gak ada ruginya di aku. Thats the point. Tapi sekalinya netizen tu taunya banyak yang oplas, langsung semua kena cap ‘plastik’. Analoginya, misalkan kamu kuliah di jurusan A yang jumlah mahasiswanya 50an orang, dan kawan sejurusanmu ada 4 sampai 5 orang yang tertangkap pakai narkoba lantas orang-orang buat label begini, ‘Mahasiswa jurusan A ngedrug’. Gak peduli didalamnya ada berapa puluh mahasiswa yang gak ngedrug, semua orang melabeli elu, ‘oh anak jurusan yang ngedrug itu’. Lu terima gak kalo di cap begitu?
Sekali orang seneng sama yang namanya body shaming, mau lu sesempurna apapun entah itu alami atau pun dengan bantuan dokter dan semacamnya, orang pasti bisa ngejatuhin entah gimana caranya. So jangan peduliin.

Tadinya aku pikir itu hanya sebatas jokes ringan karena yah bukannya aku gak tau kalo para suporter bola itu suka banget kayak saling menjelekkan tim lawan dan mereka gak pernah saling tersinggung. Mungkin karena suporter bola itu dominan cowok, dan cowok lebih suka bercanda atau mungkin males nanggapin lebih jauh kali, ya?
Tapi yang jelas, aku ngelihat komentar miring bernada ‘plastik’ itu ada dimana-mana. Setiap kali muncul berita atau apapun yang menyebutkan Korea pasti langsung ada komentar seperti itu muncul. Gak peduli sebenarnya timnas mereka udah jauh lebih jago daripada kita karena berhasil masuk ke piala dunia. Gak peduli pada fakta bahwa cowok korea bukan banci cuma karena mereka lebih seneng jadi idol. Mereka lakukan itu karena itu mimpi mereka. Lu pernah gak mimpi pingin banget jadi sesuatu sampe jatuh bangun entah itu terpaksa bertahun-tahun nganggur dan cuma jadi ‘trainee’ atau terpaksa tinggal di basement lantaran gak ada duit? Mereka jadi idol tuh gak kayak di Indo yang kalo berhasil viral, punya tampang, lantas langsung berhasil raup pundi-pundi emas. Karena kerja keras mereka itulah aku semakin menghargai idol-idol yang dibully netizen. Sama kayak aku nih yang berjuang untuk menyelesaikan gelar sarjana (hiks!), mereka juga lagi berjuang supaya kemampuan mereka diakui.
Banci yang mereka maksudkan disini tu sebenernya yang kayak gimana sih? Yang kelihatan kayak cewek? Loh, gitu gitu mereka wajib militer. Lah elu paling ikut upacara sekolah aja udah kebat kebit berdirinya aja udah loyo, miring miring gak jelas. Atau nih kayak yang banyak muncul di kolom komentar, jagonya ngomong panjang lebar doang. Lempar batu sembunyi tangan. Siapa yang lebih mirip cewek?

Dan yang paling pentingg banget buat dibahas adalah berita baru-baru ini yang ngebahas petisi untuk menolak kedatangannya rapper sekaligus youtuber Indonesia ke acaranya meet and greet idol korea A lantaran si rapper ini katanya melakukan sexual harassment secara verbal di video yang diuploadnya di channel youtubenya. Aku sih hanya sebatas lihat beritanya di line today, so kesimpulan di berita itu dikatakan pihak rapper ini belum minta maaf. Terus aku coba nonton video di channelnya yang diomongi itu, ternyata emang ada deng sexual harassment secara verbalnya itu. Lagi, di kolom komentar mau di berita maupun channel si cowok, ada kata-kata semacam, “plastik kok dibelain” atau “becanda doang”. Yang terakhir.. what? Becanda? Gak ada yang lebih lucu lagi apa? Yang lebih masuk akal lagi?
Pelecehan seksual dianggap becanda man.. Dianggap ‘wajar’. Ngeri gak sih lu?
Tapi ada yang lebih ngeri lagi. Ketika lu baca komen dan ternyata yang ngotot bilang, “apaan sih sensi amat becanda doang” itu adalah cewek. Miris banget sumpah.
Belum lagi, “ah emang dasar gak punya selera humor”, “lebay”. Lu nunggu sexual harassment jadi beneran pelecehan secara fisik baru menurut lu bukan becanda?
I mean, setidaknya kalo lu udah jadi orang terkenal, yang omongan lu bisa direkam dan dilihat ribuan orang, apalagi punya kesempatan untuk diedit dulu sebelum di publish, bisa banget kan untuk editing omongan kamu?
But now, I dont care because netizen sekarang udah bersikap seolah-olah mereka Tuhan Yang Maha Benar. Gak mau dikatai salah, ignore kalo diberitahukan apa yang benar, dll. Pokoknya sekali komen rasa udah paling benar dah.

Aku tau gak bakalan ada netizen-netizen diluar sana yang ngelempar komen-komen yang kusebutkan tadi untuk ngebaca tulisan ini. Dan aku tau tulisanku gak berarti apa-apa untuk ngeubah dunia. Lagi, ini self reminder. Apapun yang kutuliskan atau diucapin balik lagi ke diri sendiri. Semoga kalian yang pernah, yang kepikiran, ataupun gak pernah mengomentari jenis-jenis komentar seperti yang kusebutkan, semakin berusaha untuk gak melakukan lagi, berusaha menghentikan pikiran tersebut dan konsisten untuk tidak pernah melakukan tersebut.

Kalo kalian punya pendapat tertentu tentang hal yang kubahas di atas, sila tinggalin di kolom komentar untuk tukar pandangan. Siapa tau ada yang kurang pantes untuk dibahas. See ya :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku: Amor Fati by Rando Kim #5

Review Buku: The Book of Invisible Questions by Lala Bohang #4

Are you ready for 'Think Again'?